Karakteristik OSPF
Protokol Routing OSPF memiliki karakteristik sebagai berikut :
Protokol Routing OSPF memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
Merupakan link state routing protocol, sehingga setiap router memiliki gambaran topologi jaringan.
-
Menggunakan Hello Packet untuk mengetahui keberadaan router tetangga (neighbor router).
-
Routing update hanya dikirimkan bila terjadi perubahan dalam jaringan dan dikirimkan secara multicast.
-
Dapat bekerja dengan konsep hirarki karena dapat dibagi berdasarkan konsep area.
-
Menggunakan cost sebagai metric, dengan cost terendah yang akan menjadi metric terbaik.
-
Tidak memiliki keterbatasan hop count, tidak seperti RIP yang hanya bisa menjangkau 15 hop count.
-
Merupakan classless routing protocol.
-
Secara default nilai Administratice Distance 110.
-
Memiliki fitur authentication pada saat pengiriman routing update.
Router yang menjalankan OSPF hanya akan bertukar informasi routing (routing update) dengan router OSPF lainya yang berada dalam satu Autonomous System (AS). Namun sebelum melakukan pertukaran informasi routing tersebut, router-router tersebut akan melakukan beberapa tahapan.
Router OSPF akan mengirimkan beberapa paket OSPF (OSPF Packet) yang kesemuanya digunakan untuk membangun Link State Database dan dengan menjalankan Shortest Path First (SPF) Algorithma akan dihasilkan tabel routing yang akurat.
Pada OSPF dikenal kondisi adjacency antar router. Sebelum router-router tersebut bertukar informasi routing, maka sebuah router harus terlebih dahulu mencapai kondisi adjacency dengan router tetangganya. Router-router tidak akan bertukar informasi routing (Routing Update) jika kondisi adjacency belum tercapai.
Pada implementasi di lapangan, router-router OSPF tersebut bisa saja terhubung langsung (bertetangga) satu saa lainnya, namun tidak mencapai kesepakatan untuk saling bertukar informasi routing. Ada syarat-syarat tertentu yang harus Dipenuhi oleh dua buah router untuk mencapaikondisi adjacency.
Router OSPF akan mengirimkan beberapa paket OSPF (OSPF Packet) yang kesemuanya digunakan untuk membangun Link State Database dan dengan menjalankan Shortest Path First (SPF) Algorithma akan dihasilkan tabel routing yang akurat.
Pada OSPF dikenal kondisi adjacency antar router. Sebelum router-router tersebut bertukar informasi routing, maka sebuah router harus terlebih dahulu mencapai kondisi adjacency dengan router tetangganya. Router-router tidak akan bertukar informasi routing (Routing Update) jika kondisi adjacency belum tercapai.
Pada implementasi di lapangan, router-router OSPF tersebut bisa saja terhubung langsung (bertetangga) satu saa lainnya, namun tidak mencapai kesepakatan untuk saling bertukar informasi routing. Ada syarat-syarat tertentu yang harus Dipenuhi oleh dua buah router untuk mencapaikondisi adjacency.
R2
adjacency dengan R1 dan R3
Gambar di atas memperlihatkan R2 yang akan ber-adjacency dengan R1 dan R3 untuk dapat bertukar informasi routing. Tentunya R1 juga akan berusaha mencapai adjacency dengan R2, begitu juga dengan R3 yang akan berusaha adjacency dengan R2.
Setelah mencapai kondisi adjacency antara satu router dengan lainnya, maka routertersebut akan berusaha mewujudkan jaringan yang convergence. Jaringan yang convergece adalah jaringan di mana router-router di dalamnya telah memiliki tabel routing yang akurat dan up to date, sehingga semua network dalam jaringan OSPF akan terhubung pada kondisi ini.
Untuk mencapai kondisi convergece, router-router yang menjalankan OSPF akan terlebih dahulu mengumpulkan informasi tentang statusdari directy connected network yang dimilikinya. Inilah yang mendasari nama link state routing protocol, karena router-router selalu berusha mengumpulkan status (state) dari setiap interfacenya (link).
Inforasi dari status link ini antara lain berapa interface yang dimilikinya, berapa network yang dimilikinya dan jenis jaringan apa yang dimilikinya. Informasi tersebut dikumpulkan dan dikirimkan (flooding) ke seluruh router yang berada dalam satu area melalui sebuah paket yang dinamakan Link State Advertisement (LSA).
Setiap router yang menerima LSA dari router-router lain akan menggunakan LSA tersebut untuk membuat Link State Database, tentu dengan memperhitungkan LSA yang juga dibuatnya sendri. Setelah Link State Database terbentuk, OSPF keudian akan menjalankan SPF (Shortest Path First). Algorithm yang akan menghasikan SPF Tree. SPF Tree merupakan gabaran topologi jaringan dan berdasarkan SPF Treeyang terbentuk ini kemudian setiap routerakan mencari jalur terbentuk (best path) untuk menuju setiap remote network (network tujuan).
LinkState Adversement (LSA)hanya akan dikirimkanpadasaat router OSPFpertama kali dihidupkan atau pada saat terjadi perubahan jaringan. Dalam kondisiconvergence atau stabil, LSA tidak akan membuat penerapan OSPF dapat menghemat pemakaian bandwidth dalam jaringan.
Namun untuk menjaga akuratnya LSA yang beredar di dalam jaringan maka setiap 30 menit, router OSPF tetap akan mengirimkan LSA.
Informasi yang ada dalam Link State Database sebuah router memungkinkan router tersebut mengetahui dengan pasti berapa jumlah router lainnya yang ada dalam jaringan. Sebuah router juga akan mengetahui berapa jumlah interface yang dimiliki router-router lain, mengetahui jenis network antar router-router tersebut dan juga mengetahui cost dari setiap link yang ada dalam jaringan.
Link State Database inilah yang membuat setiap router yang menjalankan OSPF memiliki pengetahuan yang lengkap tentang topologi jaringan. Ini dapat mempercepat terjadinya convergence baik pada saat pertama router-router tersebut dihidupkan maupun pada saat terjadi perubahaan jaringan (baik penambahan jaringan maupun ada jaringan yang down). Routing loop pun dapat dicegah karena setiap router telah memiliki topologi yang lengkap.
OSPF penuntu adanya desain jaringan baik jika akan diimplementasikan pada jaringan berskala besar. Apalagi jika anda mengharuskan jaringan tersebut dibagi menjadi beberapa Area. Ini menuntut seorang Administrator jaringan yang punya pemahaman teknik routing yang baik untuk menggunakan OSPF dalam jaringannya.
Selain itu, harus diperhatikan bahwa router yang menjalankan OSPF akan menguras pemakaian resource CPU meupun memori akibat pekerjaan membuat LSA dan membangun Link State Database. Selain itu pada saat terjadi flooding LSA, router-router OSPF akan memakai bandwidth jaringan relatif lebih besar. Namun dengan pembagian Area yang tepat, efek dari flooding LSA dapat dihindarkan.
Setelah mencapai kondisi adjacency antara satu router dengan lainnya, maka routertersebut akan berusaha mewujudkan jaringan yang convergence. Jaringan yang convergece adalah jaringan di mana router-router di dalamnya telah memiliki tabel routing yang akurat dan up to date, sehingga semua network dalam jaringan OSPF akan terhubung pada kondisi ini.
Untuk mencapai kondisi convergece, router-router yang menjalankan OSPF akan terlebih dahulu mengumpulkan informasi tentang statusdari directy connected network yang dimilikinya. Inilah yang mendasari nama link state routing protocol, karena router-router selalu berusha mengumpulkan status (state) dari setiap interfacenya (link).
Inforasi dari status link ini antara lain berapa interface yang dimilikinya, berapa network yang dimilikinya dan jenis jaringan apa yang dimilikinya. Informasi tersebut dikumpulkan dan dikirimkan (flooding) ke seluruh router yang berada dalam satu area melalui sebuah paket yang dinamakan Link State Advertisement (LSA).
Setiap router yang menerima LSA dari router-router lain akan menggunakan LSA tersebut untuk membuat Link State Database, tentu dengan memperhitungkan LSA yang juga dibuatnya sendri. Setelah Link State Database terbentuk, OSPF keudian akan menjalankan SPF (Shortest Path First). Algorithm yang akan menghasikan SPF Tree. SPF Tree merupakan gabaran topologi jaringan dan berdasarkan SPF Treeyang terbentuk ini kemudian setiap routerakan mencari jalur terbentuk (best path) untuk menuju setiap remote network (network tujuan).
LinkState Adversement (LSA)hanya akan dikirimkanpadasaat router OSPFpertama kali dihidupkan atau pada saat terjadi perubahan jaringan. Dalam kondisiconvergence atau stabil, LSA tidak akan membuat penerapan OSPF dapat menghemat pemakaian bandwidth dalam jaringan.
Namun untuk menjaga akuratnya LSA yang beredar di dalam jaringan maka setiap 30 menit, router OSPF tetap akan mengirimkan LSA.
Informasi yang ada dalam Link State Database sebuah router memungkinkan router tersebut mengetahui dengan pasti berapa jumlah router lainnya yang ada dalam jaringan. Sebuah router juga akan mengetahui berapa jumlah interface yang dimiliki router-router lain, mengetahui jenis network antar router-router tersebut dan juga mengetahui cost dari setiap link yang ada dalam jaringan.
Link State Database inilah yang membuat setiap router yang menjalankan OSPF memiliki pengetahuan yang lengkap tentang topologi jaringan. Ini dapat mempercepat terjadinya convergence baik pada saat pertama router-router tersebut dihidupkan maupun pada saat terjadi perubahaan jaringan (baik penambahan jaringan maupun ada jaringan yang down). Routing loop pun dapat dicegah karena setiap router telah memiliki topologi yang lengkap.
OSPF penuntu adanya desain jaringan baik jika akan diimplementasikan pada jaringan berskala besar. Apalagi jika anda mengharuskan jaringan tersebut dibagi menjadi beberapa Area. Ini menuntut seorang Administrator jaringan yang punya pemahaman teknik routing yang baik untuk menggunakan OSPF dalam jaringannya.
Selain itu, harus diperhatikan bahwa router yang menjalankan OSPF akan menguras pemakaian resource CPU meupun memori akibat pekerjaan membuat LSA dan membangun Link State Database. Selain itu pada saat terjadi flooding LSA, router-router OSPF akan memakai bandwidth jaringan relatif lebih besar. Namun dengan pembagian Area yang tepat, efek dari flooding LSA dapat dihindarkan.
OSPF Packet
OSPF merupakan protocol routing yang sedikit lebih rumit. OSPF akan menggunakan 5 jenis ppaket data OSPF (OSPF Packet) yang kesemuanya digunakan dalam tahapan pertukaran informasi routing (routing update). Kelima jeis paket OSPF ini akan digunakan baik pada saat router-router akan berusaha mencapai kondisi adjacency maupun pada saat router-router tersebut akan saling mengirimkan informasi routing.
Kelima paket OSPF tersebut adalah sebagai berikut :
- Hello Packet
- DataBase Description (DBD) Packet
- Link State Request (LSR) Packet
- Link State Update (LSU) Packet
- Link State Ack (LSack) Packet
Hello Packet merupakan paket OSPF yang sangat peting, karena paket OSPF inilah yang akan menentukan apakah router-router yang bertetangga dapat mencapai kondisi adjacency atau tidak. Jika kondisi adjacency tidak tercapai maka tidak akan terjadi pengirian LSA antar router tersebut dan dengan tidak terikirimnya LSA maka pertukaran informasi routing juga tidak akan terjadi. Dan jika tidak terjadi pertukaran informasi routing maka jaringan tidak mencapai kondisi convergence. Network-network Anda tidak akan terhubung satu sama lainnya.
Hello Packet adalah paket yang hanya kirimkan kepada router tetangga melalui interface router yang telah diaktifkan routing protocol OSPF, seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Hello Packet dalam jaringan OSPF
Anda
dapat mellihat bahwa Router R2 hanya akan mengirimkan Hello
Packet ke R1 melalui interface ether1.
Router R2 juga akan mengirimkan Hello
Packet ke R3 melalui interface ether2.
Begitu juga Router R1 yang hanya akan
mengirimkan Hello Packet ke
R2 melalui interface ether1.
R1 tidak akan mengirimkan Hello Packet ke R3. Demikian juga berlaku untuk R3 yang tidak akan mengirimkan Hello Packet ke R1. Hello Packet akan dikirimkan secara multicast dengan menggunakan IP Address tujuan 224.0.0.5.
R1 tidak akan mengirimkan Hello Packet ke R3. Demikian juga berlaku untuk R3 yang tidak akan mengirimkan Hello Packet ke R1. Hello Packet akan dikirimkan secara multicast dengan menggunakan IP Address tujuan 224.0.0.5.
DataBase Description (DBD) Packet
DBD Packet digunakan untuk kepentingan sinkronisasi Link State Database. DBD Packet berisi ringkasan Link State Database dan akan dikirimkan ke router Lain. Router yang menerima DBD Packet tersebut akan membandingkan dengan Link State Database yang dimilikinya untuk kemudian disinkronkan. DBD Packet dikirimkan secara unicast dengan menggunakan IP Address dari rooter yang akan dituju, seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Router R1 dan R2 saling mengirimkan DBD Packet
Link State Request (LSR) Packet
LSM Packet digunakan sebuah router untuk meminta informasi yang ada dalam Link State Database milik router lain. Informasi ini bisa saja informasi spesifik maupun informasi tambahan yang dimiliki oleh router lain. LSU Packet juga dikirimkan dalam bentuk komunikasi unicast.
Link Slate Update (LSU) Packet
LSU Packet merupakan paket yang berisi informasi routing dari setiap router.Informasi routing ini berasal dari Link State Database. LSU Packet merupakan jawaban dari LSR Packet. LSU Packet dikirimkan secara unicast.
Penggunaan istilah LSU dan LSA terkadang bisa membingungkan karena LSA juga merupakan informasi routing yang dikirimkan oleh router OSPF. LSU Packet sebenarnya merupakan paket yang membawa sekumpulan LSA.
Ada tujuh jenis LSA yang dapat dibawa oleh sebuah LSU Packet. Ketujuh LSA tersebut kesemuanya digunakan untuk melakukan update informasi routing (routing update). Perhatikanlah gambar berikut ini yang memperlihatkan pengirimkan LSR Packet maupun LSU Packet.
LSR Packet dan LSU Packet
Router RI yang mengirimkan LSR Packet setelah melihat bahwa Link State Database yang dimilikinya berada dengan database yang dimiliki oleh Router R2. Router R1 merasa bahwa dirinya membutuhkan informasi tambahan, sehingga router tersebut mengirimkan LSR Packet kepada Router R2.
LSAck. Packet
LSA Acknowledgement atau LSack merupakan paket yang berguna untuk memberitahukan kepada router pengirim LSU bahwa LSU Packet telah diterima. Pada contoh sebelumnya jika R1 telah menerima LSU dari R2, maka R1 akan mengirimkan I.Sack ke R2 seperti pada gambar berikut :
LSAck. Packet
Konsep Area
Routing protocol OSPF diterapkan dengan menggunakan konsep area (Area Concept). Anda dapat menemtukan sendiri area yang akan dibentuk beserta Router mana saja yang akan menjadi anggota dari setiap area. Tentu anda harus mempunyai pemahaman yang baik tentang desain jaringan dalam penentuan area tersebut.
Pengelompokan router OSPF berdasarkan arwa ini dimaksudkan untuk mengurangi besarnya penyebaran (flooding) LSA pada saat terjadi perubahan jaringan , maupun pada saat jaringan dihidupkan untuk pertama kalinya.
Jika jaringan yang menerapkan OSPF telah dikelompokkan menjadi beberapa area, maka beberapa ISA hanya akan disebarkan (flooding) kepada router-router yang berada dala satu area. ISA tersebut tidak akan di flood ke router yang berada di area lain. Selain itu,anda dapat menerapkan route summarization antar area sehingga akan anda dapat mengurangi ukuran tabel routing.
Router-router OSPF yang berada dalam satu area akan memiliki Link State Database yang sama dan selalu berusaha untuk meng-sinkronkan databasenya. Namun sebuah router dari satu area tidak perlu mengetahui dengan detail database yang dimiliki router dari area lain. Ini sangat menguntungkan karena dapat mengurangi ukuran database pada setiap router yang pada akhirnya akan menghemat penggunaan resource router.
Router tersebut juga hanya perlu melakukan perhitungan database untuk network-network yang berada satu area dengannya dan tidak perlu melakukan perhitungan database untuk topologi kesulurah jaringan.
Selain itu dengan dipisahkannya router-router OSPF menjadi beberapa area. Maka penggunaan bandwith saat terjadinya pengiriman informasi routing dapat dihemat. Ini karena informasi routing (LSU) tidak perlu memuat keseluruhan informasi jaringan, cukup untuk area tertentu saja.
Untuk mengidentifikasi area, maka setiap area memiliki pengenal yang disebut sebagai Area-ID. Area-ID di tuliskan menggunakan 32 bit bilangan biner dan dituliskan dalam bentuk decimal seperti IP address(x.x.x.x). walaupun penulisannya mirip dengan IP Address, namun perlu diingat bahwa Area-ID bukanlah IP Address.
Dalam penerapan OSPF, area dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Backbone Area, area ini memiliki Area-ID 0.0.0.0 dan merupakan area yang diharapkan dapat melakukan forward paket data (IP Packet) secepat-cepatnya. Area ini wajib ada jika ternyata hanya aka nada satu area (single area) dalam suatu jaringan. Jika ternyata dalam jaringan tersebut akan dibuat beberapa area, maka Backbone wajib ada karena berfungsi menghubungkan area-area yang lain (sebagai area transit bagi area lain). End user atau host tidak boleh di tempatkan pada Backbone Area.
- Regular Area, area ini adalah area selain back bone (non backbone area) da berfungsi menghubungkan end user. Jika dalam satu jaringan ada dua regular area, maka kedua area tersebut harus melewati backbone are untuk berkomunukasi, seperti pada gambar berikut :
Area 1 dan 2 Terhubung Ke Backbone Area
Regular area masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa area khusus (OSPF Special area). Adapun OSPF Special Area tersebut adalah sebagai berikut
Ada kalanya sebuah area tidak dapat terhubung langsung secara fisik ke Backbone Area. Jika hal ini terjadi maka anda harus membuatkan virtual link antara area tersebut ke Backbone Area. Backbone Area juga dapatberada dalam kondisi yang terpisah, artinya anda mungkin memiliki dua Backbone Area atau lebih. Ini dikenal dengan istilah Partitioned Backbone
Jika Backbone Area nda terpisah maka diperlukan virtual link untuk menghubungkan Backbone Area tersebut. Bila ada Regular Area yang terpisah, maka virtual link ini tidak dibutuhkan. Anda dapat melihat contoh implementasi virtual link seperti pada gambar berikut
- Stand area
- Stub Area
- Totally Stubby Area
- Non-So-Stubby Area (NSSA)
- Totally Stubby NSSA
Ada kalanya sebuah area tidak dapat terhubung langsung secara fisik ke Backbone Area. Jika hal ini terjadi maka anda harus membuatkan virtual link antara area tersebut ke Backbone Area. Backbone Area juga dapatberada dalam kondisi yang terpisah, artinya anda mungkin memiliki dua Backbone Area atau lebih. Ini dikenal dengan istilah Partitioned Backbone
Jika Backbone Area nda terpisah maka diperlukan virtual link untuk menghubungkan Backbone Area tersebut. Bila ada Regular Area yang terpisah, maka virtual link ini tidak dibutuhkan. Anda dapat melihat contoh implementasi virtual link seperti pada gambar berikut
Virtual Link menghubungkan Area 2 ke Backbone
Partitioned Backbone dan Virtual Link
OSPF Metric
Routing protocol OSPF menggunakan cost sebagai metric. Jalur (Path) dengan cost terendahlah yang akan dipilih sebagai best path untuk menuju remote network. Nilai cost ini merupakan nilai akumulasi (jumlah) cost setiap link untuk menuju remote network. Secara default Router Mikrotik akan memberikan nilai cost=10 untuk setiap link, seperti terlihat pada gambar berikut ini
Pada contoh topologi sederhana diatas, Router R1 membutuhkan cost=29 untuk mencapai network 192.168.2.0/24. Cost=20 tersebut merupakan penjumlahan Cost=10 yang ada pada interface ether1 Router R1 dengan cost=10 yang ada pada interface ether2 milik Router R2.
Routing protocol OSPF menggunakan cost sebagai metric. Jalur (Path) dengan cost terendahlah yang akan dipilih sebagai best path untuk menuju remote network. Nilai cost ini merupakan nilai akumulasi (jumlah) cost setiap link untuk menuju remote network. Secara default Router Mikrotik akan memberikan nilai cost=10 untuk setiap link, seperti terlihat pada gambar berikut ini
Cost default pada setiap interface Router Mikrotik
Pada contoh topologi sederhana diatas, Router R1 membutuhkan cost=29 untuk mencapai network 192.168.2.0/24. Cost=20 tersebut merupakan penjumlahan Cost=10 yang ada pada interface ether1 Router R1 dengan cost=10 yang ada pada interface ether2 milik Router R2.
Best path
Bila ternayata beberapa path untuk menuju satu remote network, maka hanya path dengan cost yang paling rendah yang akan dimasukkan ke dalam tabel routing. Tentunya path dengan cost terendah ini yang akan digunakan untuk mengirimkan data, sedangkan path dengan cost yang lebih besar hanya akan menjadi redundant link (path cadangan). Anda dapat memperhatikan contoh topologi pada gambar berikut
Bila ternayata beberapa path untuk menuju satu remote network, maka hanya path dengan cost yang paling rendah yang akan dimasukkan ke dalam tabel routing. Tentunya path dengan cost terendah ini yang akan digunakan untuk mengirimkan data, sedangkan path dengan cost yang lebih besar hanya akan menjadi redundant link (path cadangan). Anda dapat memperhatikan contoh topologi pada gambar berikut
Jika acuan yang diambil pada contoh jaringan di atas adalah Router R1, maka untuk mencapai network 192.168.30.0/24, R1 memiliki dua path. Path yang pertama melalui Router R2 dengan jumlah cost total adalah 30 (10+10+10), Path yang kedua langsung melaui R3 dengan jumlah cost 20 (10+10). Karena OSPF akan memilih path dengan cost yang terendah, maka R1 akan memilih pat melalui R3 untuk mencapai network 192.168.30.0/24
Load Balance (ECMP)
Jika ternyata untuk menuju suatu remote network tersedia beberapa path dengan nilai cost yang sama, maka akan terjadi load balance pada traffic dengan metode Equal Cost Multi Path (ECMP). Anda dapat melihatnya pada ilustrasi jaringan berikut ini
Jika ternyata untuk menuju suatu remote network tersedia beberapa path dengan nilai cost yang sama, maka akan terjadi load balance pada traffic dengan metode Equal Cost Multi Path (ECMP). Anda dapat melihatnya pada ilustrasi jaringan berikut ini
Equal cost path dari R1 menuju 192.168.30.0/24
Dari gambar topilogi di atas, Anda dapat melihat, jika Router R1 ingin menuju network 192.168.30.0/24 dengan menggunakan path melalui Router R3, maka dibutuhkan cost=60 (50+10). Sedangkan jika menggunakan path yang melalui Router R2, cost yang dibutuhkan juga ternyata adalah sama, yaitu cost=60 (40+10+10).
Karena kedua path memiliki cost yang sama maka akan terjadi load balance ECMP, dan kedua path tersebut akan dimasukkan ke dalam tabel routing Router R1.
Asymmetric Path
Cost yang digunakan oleh router OSPF sebagai metric adalah parameter cost yang dikonfigurasikan pada interface, bukan cost yang dikonfigurasikan pada link. Jika sebuah router menkonfigurasikan cost=10 pada interface ether1 miliknya, maka router tersebut akan berasumsi bahwa link yang terhubung ke ether1 tersebut memiliki cost=10, dan cost ini tidak akan digunakan oleh router lain.
Router lain akan menggunakan parameter cost yang dikonfigurasikan pada interfacenya sendiri. Apa yang akan terjadi jika dua router yang terhubung secara langsung mengkonfigurasikan cost yang berbeda pada setiap interfacenya? Seperti yang terlihat pada gambar berikut, dimana interface ether1 milik Router R1 memiliki parameter cost yang berbeda dengan interface ether3 milik Router R3.
Asymetric Path
Dengan konfigurasi cost seperti pada gambar di atas, maka akan terjadi asymmetric path. Ini akan mengakibatkan path yang digunakan paket data
Untuk pergi akan berbeda dengan path yang akan digunakan untuk kembali kepada host pengirim.
Dari contoh topologi asymmetric path terlihat Router RI akna menggunakan path melaui Router R3 dan menghitung cost sebesar 20(10+10) untuk menuju network 192.168.30.0/24
Path ini merupakan best path dibandingkan jika Router R3 akan menempuh path yang melalui Router R2. Sedangkan bagi Router R3, path yang akan digunakan untuk menuju network 192.168.10.0/24 adalah path melalui R2 dengan cost 30(10+10+10). Pah melalui R2 ini merupakan best path, dibanding path yang melalui R1 yang ternyata memiliki cost 60(50+10).
Designated Router dan Backup Designated Router
Jenis jaringan yang paling banyak digunakan saat ini adalah jaringan yang meggunakan teknoligi ethernet. Pada jaringan ethernet, router OSPF akan mampu melakukan broadcast dan memilik kemudahan untuk langsung berhubungan dengan route-router OSPF lainnya (multi acces). Anda dapat melihat ilustrasinya seperti pada gambar berikut ini.
Router OSPF dalam Jaringan Ethernet
Penerapan OSPF pada jaringan ethernet seperti pada gambar di atas akan mengakibatkan banjirnya (floading) LSA, karena masing-masing router akan membuat LSA untuk kedua tetangganya. Begitu juga dengan masalah adjacency, router OSPF akan melakukan multiple adjacency.
Multiple adjacency terjadi karena router OSPF akan selalu berusaha melakukan full adjacency dengan setiap tetangga yang ada. Pada jaringan di atas, Router R1 akan berusaha mencapai kondisi full adjacency dengan Router R2 maupun R3, begitu dengan Router R2 dan R3 yang akan melakukan full adjacency dengan semua tetangganya. Bisa dibayangkan jika dalam jaringan tersebut terdapat banyak router, akan terjadi multipe adjacency yang cukup banyak.
Untuk mencegah banjirnya LSA yang berlebihan dan kondisi multiple adjacency, maka router OSPF akan melakukan pemilihan Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR), BDR itu sendiri merupakan cadangan (backup) bila nantinya DR mengalami kondisi down. Bila DR dan BDR sudah terpilih, maka router-router OSPF yang lain cukup mengirimkan LSA-nya kepada DR/BDR. Begitu juga dengan kondisi adjacency, router OSPF lainnya hanya cukup melakukan full adjacency dengan DR/BDR.
Pemilihan DR/BDR dilakukan dengan melihat parameter priority yang ada pada setiap interface router. Secara default, interface Router Mikrotik memilikki nilai priority=1. Router dengan nilai priority interface tertinggi akan menjadi DR, disusul dengan router dengan priority tertinggi berikutnya yang akan menjadi BDR. Sedangkan router dengan parameter interface priority=0 tidak akan ikut seta dalam pemilihan DR maupun BDR.
Namun, jika ternyata nilai interface priority adalah sama pada setiap router, maka yang akan menjadi parameter berikutnya dalam pemilihan DR/BDR adalah parameter Router ID. Router yang memiliki ID tertinggi akan menjadi DR, disusul dengan router dengan ID tertinggi berikutnya yang akan menjadi BDR.
Anda dapat melihat ilustrasi berikut yang memperlihatkan Router R1 yang menjadi DR, Router R2 menjadi BDR sedangkan Router R3 dan R4 yang hanya menjadi DR Other
Pada gambar diatas karena semua router memiliki parameter interface priority yang sama, maka yang menjadi parameter untuk menentukan DR/BDR adalah nilai dari Router ID. Router R1 memiliki nilai ID tertinggi (10.1.1.1), inilah yang menyebabkan Router R1 menjadi DR. Adapun Router R2 memiliki ID tertinggi berikutnya (10.0.0.2), sehingga Router R2 terpilih menjadi BDR. Adapun Router R3 (0.0.0.3), sehingga hanya menjadi DR Other.
Karena Router R1 sudah menjadi DR Router R2 menjadi BDR, maka ISA yang dibuat oleh Router R3 dan R4 hanya perlu diserahkan kepada Router R1 dan R2. Router R3 tidak perlu menyerahkan ISAnya kepada Router R4, begitu juga dengan Router R4 yang tidak perlu menyerahkan ISA-nya kepada Router R3.
Untuk masalah adjacency, Router R3 hanya perlu melakukan full adjacency dengan Router R1 dan R2. Router R3 tidak perlu melakukan full adjacency dengan Router R4. Demikan halnya dengan Router R4, yang hanya perlu melakukan full adjacency dengan Router R1 dan R2. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
OSPF dan BGP
Untuk router-router yang berada di satu bawah kandeli Autonomous System, routing protocol ang harus digunakan OSPF yang memang termasuk dalam kategori Interior Gateway Protocol. Sedangkan Router yang akan berhubungan yang berasal dari Autonomus System yang
Berbeda (outside network), maka router tersebut harus menggunakan BGP yang masuk dala kategori Exterior Gateway Protocol.Skenario ini umumnya diterapkan dalam jaringan ISP maupun pada jaringan kantor yang sekalipun bukan ISP,namun memiliki Autonomous System(AS) Number,ilustrasi penerapan OSPF dan BGP ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Implementasi OSPF dan BGP pada jaringan yang memiliki AS Number
Bagaimana dengan jaringan yang tidak memiliki AS Number? Misalnya jaringan local yang terdiri dari banyak router ,namun tetap ingin terhubung ke ISP untuk mengakses internet? Karna tidak memiliki AS Number,maka routing protocol BGP tidak perlu anda gunakan. Sedangkan untuk melakukan routing pada jaringan local ,Anda masih harus menggunakan OSPF.Adapun router yang terhubung ke internet melalui ISP ,Anda cukup mengkonfigurasikan routing static pada router tersebut,dan tentunya dilanjutkan dengan redistribute static melalui routing protocol OSPF,Anda dapat melihatnya pada gamabr berikut :
Penerapan routing static pada jaringan yang tidak memiliki AS Number
Sebelum melakukan routing, tentunya anda harus menghubungkan router yang satu dengan router lainya. Anda harus membuat topologi jaringan dengan menggunakan router router tersebut. Merancang topologi ibarat merancang pakaian seperti yang dilakukan oleh para designer pakaian.
Jika topologi yang dihasilkan kurang baik, maka teknik-teknik routing yang nantinya akan anda terapkan juga tidak akan maksimal, bahkan malah menyulitkan pada saat konfigurasi. Ibarat pakaian yang sudah salah jahit, pasti tidak akan elok dipandang pada saat akan dikenakan.
Ada beberapa hal yang penting yang harus dipertimbangkan pada saat akan membuat jaringan, inilah yang harus dipikirkan pada saat mencoret-coret bentuk topologi yang akan dibangun. Beriku yang harus menjadi pertimbangan anda.
- Skalabilitas, Jaringan yang anda bangun harus mampu di kembangkan dengan mudah, pengembangan yang terjadi bisa saja berupa penambahan segment network maupun penambahan jumlah router. Pengembangan jaringan juga tidak boleh mengakibatkan perubahan yang besar terhadap keseluruhan topologi yang sudah ada, tidak perlu merombak keseluruhan jaringan.
- Redudant, Topologi yang tidak harus menyediakan link cadangan (redudant) antara satu router dengan router yang lain. Kegagalan yang terjadi pada suatu link akan mudah di backup oleh link yang lain. Ini akan meningkatkan kehandalan dari jaringan anda.
- Perfoma jaringan, Untuk meningkatkan kecepatan(speed) dari setiap link yang ada pada jaringan anda, topologi yang di bangun harus bisa mendukung penerapan link aggregation (penggabungan link) ataupun mendukung teknik load balancing. Dengan adanya peningkatan kecepatan dari link antara perangkat, maka jaringan anda akan memiliki brandwidth yang besar sehingga dapat digunakan untuk mengirimkan data dalam jumlah yang besar pula.
- Keamanan, Topologi yang dibangun maupun perangkat-perangkat yang digunakan harus mendukung penerapan teknik-teknik keamanan jaringan (security).
Kesemuanya ditunjukan untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan dan yang dikirimkan
- Manajemen Dan Maintenance, Melakukan pengendalian atau administrasi (management) terhadap data yang lalu lalang dalam jaringan harus dapat dilakukan dengan mudah. Begitu pula dengan manajemen dari setiap perangkat, seharusnya konfigurasi dapat dilakukan dengan mudah oleh Administrator jaringan pada keseluruhan perangkat yang ada. Disamping itu perawatan terhadap perangkat-perangkat yang ada dalam jaringan harus dapat dilakukan dengan mudah
Untuk mencapai beberapa kriteria jaringan yang baik, seperti yang sudah disebutkan di atas tadi, maka pendekatan topologi yang paling baik adalah topologi hirarki. Topologi ini mengelompokkan. Perangkat-perangkat jaringan. Anda akan berbentuk seperti modul-modul. Sehingga baik penambahan kapasistas, manajemen, monitoring maupun maintenance dapat dilakukan terpisah terhadap satu bagian dan tidak akan menggangu bagian yang lain.
Topologi hirarki membagi jaringan ke dalam 3 lapisan(layer) dan pendekatan ketiga layer tersebut dapat saja. Anda terapkan pada jaringan lokal (LAN). Jaringan publik maupun pada likungan jaringan yang lebih besar, seperti pada ISP, Access Layer bisa berupa router-router yang memberikan akses kepada para pelanggan
- Access Layer, Layer ini merupakan tempat bagi end-user mendapatkan akses terhadap jaringan.Pada jaringan lokal,layer ini merupakan tempat.Anda menempatkan Switch yang akan digunakan oleh komputer milik pengguna jaringan.Pada likungan jaringan yang lebih besar, seperti pada ISP,Acces Layer bisa berupa router-router yang meberikan akses kepada para pelanggan
- Distribution Layer, Layer ini tempat terkumpulnya atau tempat bertemunya beberapa Access Layer. Pada Distribution layer ini pengaturan atau amanajemen terhadap keselurahan Acces Layer dapat dilakukan.Pada jaringan lokal,layer ini bisa saja berupa beberapa Switch maupun Router yang digunakan untuk mehubungkan beberapa jaringan pada Access Layer
Pada jaringan dengan skala yang lebih besar, layer ini ditempati oleh beberapa router yang bertugas mengatur router-router yang ada di Acces Layer.
- Core Layer, Layer ini merupakan layer utama, dan harus memiliki kecepatan pengirim data yang sangat tinggi (high speed layer), layer ini juga sering disebut backbone. Pada layer, ini ditempatkan Switch maupun Router yang bertugas menghubungkan beberapa Distributor Layer yang ada. Layer ini juga merupakan bagian dari jaringan yang akan dihubungkan ke Internet (external network).
Pada jaringan lokal yang sederhana, penerapan topologi hirarki tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut.
Topologi hirarki pada LAN
Adapun penerapan topologi hirarki pada skala jaringan yang lebih besar dapat dilihat pada gambar berikut.
Penerapan topologi hirarki pada lingkungan WAN
OSPF Single Area vs OSPF Multi Area
Sebagian besar pembahasan buku ini akan menggunakan pendekatan konsep Multi Area OSPF. Sehingga pembagian area oleh OSPF nantinya harus mengacu pada model hirarki dari topologi yang akn dibangun. Itulah mengapa diperlukan pengetahuan yang baik tentang merancang topologi jaringan pada saat akan menggunakan OSPF. Bila rancangan topologi yang digunakan tidak tepat, maka implementasi OSPF nantinya akan sulit atau tidak berjalan dengan maksimal.
OSPF menggunakan konsep area untuk memisahkan wilayah kerja dari sekumpulan router yang ada dijaringan anda. Secara garis besar area tersebut adalah Backbone Area dan Regular Area. Area yang wajib ada adalah Backbone Area, sekalipun anda hanya akan menerapkan OSPF Single Area, maka yang wajib ada adalah Backbone Area ini. Namun, jika yang ingin diterapkan adalah OSPF Multi Area, maka anda wajib memiliki Backbone Area dan satu (atau beberapa) Regular Area. Dan jangan lupakan pula bahwa semua Regular Area wajib terhubung ke Backbone Area.
Setelah anda mengetahui konsep Area pada OSPF dan mengetahui bagaimana membangun jaringan dengan menggunakan topologi hirarki, maka tugas berikutnya adalah membuat topologinya, tentu dengan mempertimbangkan kedua konsep tadi.
Jika hanya menggunakan OSPF Single Area, maka contoh topologi yang dapat digunakan dapat dilihat seperti berikut ini.
Sedangkan jika anda ingin menerapkan OSPF Multi maka contoh topologi yang dapat digunakan dapat dilihat seperti gambar berikut ini.
Penerapan OSPF Multi Area
Kedua contoh topologi di atas tadi dapat anda kembangkan, atau mengambil pendekatan kedua topologi tersebut untuk diterapkan pada jaringan dengan skenario lain. Misalnya jika ingin Anda terapkan pada jaringan lokal yang menggunakan banyak router, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
-----------------------------------------------------
Secara garis besar, untuk melakukan konfigurasi OSPF tahapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
- Mengaktifkan routing protocol OSPF pada interface router
- Mengkonfigurasi Router ID (identitas router)
- Membuat Regular Area, jika yang ingin dikonfigurasikan adalah Multi Area OSPF
- Melakukan Advertise network yang ingin diperkenalkan melalui OSPF
Konfigurasi Dasar Single Area OSPF
Sebagai contoh dasar konfigurasi OSPF dengan Single Area menggunakan topologi sederhana berikut ini:
Buat 2 RouterOS pada virtualbox dengan spesifikasi berikut ini:
- Nama Router: OSPF 1, Adapter 1: Internal Network, Adapter 2: Internal Network, Adapter 3: Virtual Host-only
- Nama Router: OSPF 2, Adapter 1: Internal Network, Adapter 2: Internal Network, Adapter 3: Virtual Host-only.
- Konfigurasi IP Address sesuai topologi di atas
- Khusus ether3 pada router OSPF 1 di IP Address di set menjadi 192.168.56.2/24 (digunakan untuk konfigurasi remote Router OSPF 1 melalui Winbox)
- Khusus ether3 pada router OSPF 2 di IP Address di set menjadi 192.168.56.3/24 (digunakan untuk konfigurasi remote Router OSPF 2 melalui Winbox)
1. Mengaktifkan OSPF
OSPF 1> routing ospf interface add interface=ether1
OSPF 2> routing ospf interface add interface=ether1
Untuk mengaktifkan OSPF melalui winbox, pilih menu Routing -> OSPF -> tab Interface -> tombol Add seperti tampak gambar berikut:
2. Router ID
Adapun perintah yang dapat digunakan untuk mengkonfigurasi Router ID pada Router OSPF 1 adalah sebagai berikut
OSPF 1> routing ospf instance set default router-id=10.1.1.1
OSPF 1> routing ospf instance print
sedangkan pada router OSPF 2 adalah sebagai berikut
OSPF 1> routing ospf instance set default router-id=10.2.2.2
OSPF 1> routing ospf instance print
Untuk mengkonfigurasi Router ID melalui winbox adalah Routing -> OSPF -> tab Instance -> pilih default, (berlaku sama utk 2 router tersebut).
3. Meng-Advertise Network
Sebenarnya sebelum melakukan konfigurasi advertise network, Anda harus membuat area yang akan digunakan. Karena contoh pada bagian ini adalah jaringan Single Area OSPF, maka area yang wajib ada adalah Backbone Area. Secara default area ini sudah ada pada Router Mikrotik, sehingga Anda tidak perlu lagi membuat Backbone Area. Area Backbone ini akan memiliki identitas atau Area ID dengan nilai 0.0.0.0. Untuk melihat backbone gunakan perintah berikut:
Mari kita kembali ke konfigurasi Advertise Network, perhatikan bahwa semua network pada topologi tersebut berada pada Backbone Area, sehingga parameter area=backbone akan diginakan pada saat akan melakukan advertise network.
OSPF 1> routing ospf network add network=10.10.10.0/30 area=backbone
OSPF 1> routing ospf network add network=192.168.1.0/24 area=backbone
OSPF 1> routing ospf network print
sedangkan pada router OSPF 2:
OSPF 1> routing ospf network add network=10.10.10.0/30 area=backbone
OSPF 1> routing ospf network add network=192.168.2.0/24 area=backbone
OSPF 1> routing ospf network print
Konfigurasi melalui winbox: Routing -> OSPF -> Network -> tombol Add. (berlaku sama untuk 2 router tersebut)
4. Pengujian
OSPF 1> ip route print
OSPF 2> ip route print
OSPF 1> routing ospf route print
OSPF 2> routing ospf route print
OSPF 1> ping 192.168.2.1
OSPF 2> ping 192.168.1.1
------------------------------------------------------------------------------
Konfigurasi
Multi Area OSPF
Pada
saat diputuskan untuk melakukan implementasi Multi Area OSPF maka
konfigurasi yang harus dilakukan tidak berbeda jauh dengan
konfigurasi pada Single Area OSPF. Perbedaannya hanya terletak pada
penambahan konfigurasi untuk membuat Regular Area.
Parameter
yang harus digunakan untuk emembuat Regular Area tersebut umumnya
adalah nama area (name) dan
identitas area (area-id).
Contoh topologi sebagai berikut:
Buat 4 RouterOS pada virtualbox dengan spesifikasi berikut ini:
- Nama Router: OSPF 1, Adapter 1: Internal Network, Adapter 2: Internal Network, Adapter 3: Virtual Host-only
- Nama Router: OSPF 2, Adapter 1: Internal Network, Adapter 2: Internal Network, Adapter 3: Virtual Host-only.
- Nama Router: OSPF 3, Adapter 1: Internal Network, Adapter 2: Internal Network, Adapter 3: Virtual Host-only.
- Konfigurasi IP Address sesuai topologi di atas
- Khusus ether3 pada router OSPF 1 di IP Address di set menjadi 192.168.56.2/24 (digunakan untuk konfigurasi remote Router OSPF 1 melalui Winbox)
- Khusus ether3 pada router OSPF 2 di IP Address di set menjadi 192.168.56.3/24 (digunakan untuk konfigurasi remote Router OSPF 2 melalui Winbox)
- Khusus ether3 pada router OSPF 3 di IP Address di set menjadi 192.168.56.4/24 (digunakan untuk konfigurasi remote Router OSPF 3 melalui Winbox)
1. Meangaktifkan
OSPF
Dapat terlihat bahwa router OSPF 2 terhubung ke router OSPF lainnya menggunakan interface tersebut. Perintah untuk mengaktifkan OSPF dari topologi di atas adalah sebagai berikut:
OSPF 1> routing ospf interface add interface=ether1
OSPF 2> routing ospf interface add interface=ether1
OSPF 2> routing ospf interface add interface=ether2
OSPF 3> routing ospf interface add interface=ether1
2. Router ID
Konfigurasi Router ID pada Multi Area OSPF ini tidak berbeda dengan konfigurasi ROuter ID pada Single Area OSPF. Untuk menganalisa router mana yang akan menjadi Designated Router (DR) maupun Backup Designated Router (BDR), maka harus melihat Router ID dengan lebih teliti pada jaringan
2. Router ID
Konfigurasi Router ID pada Multi Area OSPF ini tidak berbeda dengan konfigurasi ROuter ID pada Single Area OSPF. Untuk menganalisa router mana yang akan menjadi Designated Router (DR) maupun Backup Designated Router (BDR), maka harus melihat Router ID dengan lebih teliti pada jaringan
No comments:
Post a Comment